Jakarta (ANTARA) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berpesan agar industri media di Indonesia tetap menjaga idealisme dan tidak hanya menjadi bagian dari kekuatan kapitalisme.
Hal itu dikemukakan oleh Kepala Negara dalam sambutannya saat menghadiri uang tahun ke-4 dan peluncuran logo baru Jurnal Nasional di Jakarta,
Kamis.
"Dalam era ini...kita tentu berharap adanya keseimbangan dalam media kita," kata Presiden.
Menyadari peran penting media sebagai pilar ke empat demokrasi, Kepala Negara menyatakan dukungan penuhnya pada kebebasan pers.
"Kita jalankan kebebasan pers dengan penuh amanah, kemuliaan dan tanggung jawab," katanya.
Kepala Negara juga mengatakan bahwa Indonesia di era reformasi tidak mengenal breidel atau penghentian ijin terbit sehingga setiap media diharapkan memiliki sensor tersendiri serta menjunjung tinggi etika jurnalisme.
Menurut Presiden dengan menjaga kebebasan pers maka kebebasan berbicara juga akan terjaga yang merupakan cerminan demokrasi.
Melalui pemberitaan media, kata Presiden maka publik akan mengetahui kinerja pemerintah.
Sementara itu Menkominfo Tifatul Sembiring mengatakan bahwa perkembangan pers telah mengalami loncatan pesat dalam beberapa waktu terakhir.
Ia mencontohkan serangan Israel kepada misi kemanusiaan Gaza yang dalam beberapa saat telah tersiar ke seluruh dunia dan memperoleh beragam reaksi di berbagai belahan dunia.
Ia mengatakan pada era demokrasi, kebebasan pers adalah keharusan walaupun acapkali informasi yang tersiar memberikan efek kejut di bidang politik dan ekonomi.
Tifatul juga mengritik pemberitaan kekerasan yang berlebihan sehingga terkesan citra Indonesia buruk padahal banyak kemajuan positif yang telah dicapai negeri ini.
Ia juga mengritik membanjirnya tayangan sinetron di televisi.
Tifatul menilai kebebasan pers yang absolut menyebabkan adanya suatu tirani kekuasaan pers yang berlebihan.
Ia meminta pers Indonesia tidak lupa menjaga karakter bangsa.
Pada kesempatan itu Pemimpin Umum Harian Jurnal Nasional Syamsudddin Ch Haesy menjelaskan bahwa Jurnal Nasional mengandung nilai-nilai dasar mengembangkan falsafah lebah, mengambil dari sumber yang bersih.
"Harian Jurnal Nasional menganut paham jurnalisme positif. Semenjak lahir Jurnal Nasional mempunyai sesanti bicara tepat membawa manfaat," katanya.
Ia juga mengatakan bahwa sebagian orang menggunakan media untuk menyebarkan fitnah, namun harian Jurnal Nasional menolak itu.
Sebelumnya dilakukan juga penyerahan penghargaan kepada sejumlah mitra kerja Jurnal Nasional antara lain Kementerian Kehutanan, Kementeriaan BUMN, PT Jamsostek, PT BNI tbk, PT Internasional Nikel tbk dan PT Bank Muamalat tbk.
Turut mendampingi Presiden antara lain Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, Menko Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, Menko Perekonomian Hatta Rajasa serta juru bicara kepresidenan Julian A Pasha.
Sedangkan sejumlah tokoh yang hadir antara lain adalah budayawan Putu Wijaya, tokoh pers Bambang Harimurti, Direktur Utama LKBN ANTARA Ahmad Mukhlis Yusuf, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan para pemimpin harian Jurnal Nasional antara lain Asro Kamal Rokan.

0 komentar:
Post a Comment